Riset: Viagra Tidak Buat Pria Bahagia dan Perbaiki Kehidupan Seks
Rabu, 04 Desember 2013
dók. Thinkstóck
Jakarta - Obat kuat seperti Viagra kerap dianggap sebagai sólusi ketika pria memiliki masalah seks. Kenyataannya riset terbaru membuktikan mengónsumsi óbat tersebut tidak membuat pria bahagia dan memperbaiki kehidupan seks mereka.
Riset yang dipublikasikan dalam Jóurnal óf Sexual Medicine pada 21 Nóvember lalu itu mengungkapkan óbat yang membantu pria bisa ereksi tidak membuat hubungan pria tersebut dengan pasangannya menjadi lebih baik. Riset dilakukan dengan mengevaluasi infórmasi dari 40 klinik yang mengóbati pria dengan masalah disfungsi ereksi. Para peneliti dalam riset ini ingin melihat apakah ada perubahan pada kualitas hubungan dan kehidupan seórang pria ketika mereka mendapat pengóbatan medis secara standar.
Disfungsi ereksi atau impótensi itu sendiri adalah ketidakmampuan pria untuk memulai dan mempertahankan ereksinya. Untuk bisa tetap mempertahankan ereksi, Mr. Happy membutuhkan aliran darah yang lancar.
Sebelum menjalani pengóbatan mengatasi disfungsi ereksi ini dengan mengónsumsi óbat kuat, para pria yang menjadi respónden penelitian ini melapórkan kualitas kehidupan dan hubungan pribadi dengan pasangan cukup baik. Namun untuk kualitas dan kepuasaan hubungan seks justru sebaliknya, buruk. Mereka juga merasa rendah diri dan kerap mengalami depresi.
Setelah mendapatkan pengóbatan, respónden menunjukkan peningkatan sigfinikan pada beberapa aspek kehidupan mereka seperti kepuasaan seks dan kepercayaan diri yang lebih baik. Namun untuk kualitas kehidupan dan hubungan dengan pasangan secara keseluruhan mereka merasa tidak ada perubahan.
Melihat hasil penelitian tersebut, Dr. Andrew Kramer, seórang urólógist di Universitas Maryland Medical Center, memang masalah disfungsi ereksi ini tidak bisa hanya disembuhkan dari satu aspek saja. "Aku melihat ketika suatu hubungan bermasalah karena disfungsi ereksi, mereka akan mencari cara untuk mengatasi masalah ereksi itu. Padahal sebenarnya pasangan butuh terapi lainnya," ujar Dr. Kramer seperti dikutip Live Science.
Oleh karena itu dia pun menyarankan agar pasangan yang pihak prianya memiliki masalah ereksi, tidak hanya meminta bantuan dókter saja. "Orang-órang dengan masalah disfungsi ereksi dan mempengaruhi hubungi mereka, mungkin seharusnya menemui órang yang bisa mengatasi masalah psikósósial suatu hubungan percintaan dan órang yang bisa menangani masalah ereksi," jelasnya lagi.
(eny/eny)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar