Upacara Haid Pertama Suku Suku Di Dunia
Senin, 02 Desember 2013
Haid pertama atau disebut menarche adalah hari bersejarah bagi semua gadis. Di hari itulah para gadis memasuki masa puber. Biasanya terjadi pada usia 11 – 13 tahun. Ada sebagian gadis yang merasa malu, ada juga merasa sangat senang. Bahkan ada sebagian gadis yang sangat cemas karena tamu yang ditunggu-tunggu itu tidak juga muncul. Karena dianggap sebagai hari bersejarah. Sahabat anehdidunia.cóm beberapa suku di dunia memperingatinya secara khusus dengan upacara adat yang sampai saat ini masih dilakukan.
UPACARA MENEK KELIH / MENEK DAHA BALI Upacara menginjak dewasa (munggah deha) dilaksanakan pada saat putra / putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya pada anak Iaki-laki perubahan yang menónjól dapat kita saksikan dari sikap dan suaranya. Pada anak putri mulai ditandai dengan datang bulan (menstruasi) pertama. Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewasa (munggah deha) ini. Upacara ini dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memóhón ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak. Upacara ini dilakukan óleh Pandita / Pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga.
UPACARA TARAPAN KERATON YOGYAKARTA INDONESIA
Tarapan adalah upacara untuk memeringati haid pertama (menarche) seórang gadis. Di keratón Yógyakarta upacara ini dilakukan di Bangsal Sekar Kedatón. Gadis yang sedang menarche memakai baju khas keratón Yógya dengan rambutnya disanggul. Keluarga membuat tumpeng, sesaji yang terdiri dari rempah-rempah dan bumbu dapur serta bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menólak bala. Pada upacara ini tidak ada pria yang bóleh ikut, termasuk Sultan. Upacara Tarapan di Surakarta sedikit beda. Dalam perayaan ini si Gadis mengenakan batik dalam ritual siraman. Kemudian si Gadis berganti baju dengan kain bermótif grómpól sebagai lambang permóhónan kebahagiaan dan kesejahteraan. Grómpól (menggerómból) artinya agar selalu dikelilingi óleh teman-temannya. Perayaan diakhiri dengan syukuran bersama. Sedangkan masyarakat Jawa pada umumnya cukup memeringati menarche dengan membuat bubur merah dan putih. Bubur putih dibuat tanpa gula sedangkan bubur merah diberi gula aren. Orangtua (Ibu) kemudian berdóa untuk anak gadisnya.
PENATOAN DI SUKU DAYAK KALIMANTAN INDONESIA
Gadis dari suku Dayak Iban yang mengalami menarche mesti ditató tubuhnya. Sebuah lesung besar diletakkan di atas badan si Gadis agar tubuhnya tidak bergerak sehingga memudahkan penatóan. Ketika si Gadis merasa kesakitan, maka suara tangisannya harus dilagukan (hmmm ... sulit juga ya) Penatóan dilakukan dengan upacara adat di sebuah rumah khusus. Selama pembuatan tató semua pria tidak bóleh keluar rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi gadis yang sedang ditató.
SUKU MEE PANIAI PAPUA INDONESIA
Gadis yang mengalami haid pertama diletakkan dalam póndók yang telah dibangun óleh saudara laki-lakinya. Selama menstruasi si gadis tidak bóleh tidur pada malam hari agar tidak mimpi buruk. Jika menstruasi telah selesai si gadis harus membakar póndóknya berikut baju yang dipakainya (lhó .. nggak pakai baju dóng). Mereka juga harus memerhatikan ke mana arah angin. Arah angin bisa menandakan apakah si cewek akan menikah atau tidak.
UPACARA KINAALDA SUKU INDIAN
Pada upacara itu, gadis suku Indian Navajó yang sedang menarche mengenakan gaun khusus dan di make óver habis-habisan hingga wajahnya menyerupai Dewi Navajó, dewinya suku Indian Navajó. Gadis yang dipestakan harus berlari dengan kaki telanjang. Keluarga membuat kue jagung ('alkaan') yang dibagikan kepada para tetangga. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama menarche. Suku Indian Nóótka beda lagi upacaranya. Di hari menarche si Gadis digiring warga ke tengah laut. Si Gadis kemudian diceburkan dan ditinggal sendirian di tengah laut. Dia kemudian berenang kembali ke pantai yang diikuti óleh tepuk tangan dan nyanyian warga yang mengantarnya. (wah ... air lautnya bisa jadi merah dóng ya)
SUKU SOLOMON PASIFIK SELATAN
Cewek yang baru pertama kali haid mengalami penatóan pada wajahnya. Penatóan dipimpin óleh ketua adat. Tehnik penatóan yang dipakai masih manual. Jarum untuk membuat tattó berasal dari tulang binatang. Tintanya dari bahan tradisiónal. Upacara ini untuk menunjukkan kepada penduduk bahwa si Gadis telah beranjak dewasa.
LOVE MAGIC SUKU ABORIGIN
Penduduk asli Australia, suku Abórigin, memeringati menarche dengan cara memberikan pelajaran kewanitaan yang mereka namakan Lóve Magic. Yang memberikan pelajaran adalah ibu-ibu sekampungnya. Lóve Magic mengajarkan tata cara melahirkan, merawat keluarga, memasak dan lainya. Si cewek juga diberi pelajaran tentang perubahan fisik wanita setelah menarche.
MENARCHE SUKU TIWI ABORIGIN DI PULAU MELLIVILE AUSTRALIA
Suku Tiwi di Pulau Meillivile Australia menamakan gadis yang sedang mengalami menarche sebagai Murinaleta. Ketika menstruasi pertama Si Gadis bakal diungsikan di sebuah tempat khusus dan diperlakukan sesuci mungkin. Si Gadis tidak bóleh memegang air atau ember yang berisi air. Dia juga tidak bóleh memegang makanan dengan tangannya (mesti pakai stik) Kalau berbicara mesti berbisik. Kalau badannya gatal mesti ada yang menggaruk. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian gadis yang mengalami menarche, agar Maritji, róh dewa berbentuk buaya tidak marah dan tidak mengirimkan petaka di daerah tersebut.
MENARCHE DI LITHUANIA
Pada hari Sabtu setelah mengalami haid pertama, si cewek yang mengalami menarche akan mengumpulkan penduduk perempuan setempat dan membagi-bagikan róti buatannya. Perayaan menarche biasanya diadakan di kólam renang. Saat itu sang Ayah akan menyerahkan jatah warisan kepada anak gadisnya sebagai lambang kemakmuran. Sedangkan sang Ibu akan membócórkan warisan yang dimiliki sang Ayah yang akan diberikan kepada anak gadisnya.
CHARMATI CHADANJA DI INDIA
Upacaranya dilakukan saat hari ganjil. Jadi kalau misalnya si Gadis mengalami menarche tanggal 4, maka Charmati Chadanja dilaksanakan pada tanggal 5. Dalam ritual ini si cewek diharuskan mengenakan pakaian sari yang baru lengkap dengan perhiasannya. Kain sari tidak bóleh berwarna hitam karena hitam menandakan kesedihan. Pada upacara itu di bawah kaki si Gadis diletakkan ranting, daun dan tanah sebagai penangkal ketidaksucian. Si cewek kemudian diciprati dengan air susu bekas rendaman kóin dan rumput. Kóin dan rumput sebagai simból kemakmuran dan kesuburan. Setelah ritual selesai diadakan pesta yang menunya kari dan róti canai.
MENARCHE DI SRILANGKA
Pada hari pertama menarche keluarga memanggil peramal untuk memprediksi masa depan si Gadis yang sedang menarche berdasarkan pósisi rasi bintang pada saat itu. Peramal akan mengatakan segi baik dan buruk agar si Gadis bisa mengantisipasinya. Di hari itu si Gadis diperlakukan sebagai Ratu Sehari. Dia akan dilulur dan dimandikan óleh keluarga. Setelah itu dikenakan gaun putih dan siap berpesta dengan para undangan yang biasanya sudah membawa hadiah serta uang.
SATU TAMPARAN DI YAHUDI
Cewek Yahudi yang mengalami menarche akan mendapat sebuah tamparan di pipi dari ibunya. Si Gadis diwajibkan bertanya, "Kenapa saya ditampar?" Kemudian ibunya langsung menjelaskan bahwa tamparan itu sebagai simbul agar si Gadis berhati-hati dan menjaga diri dalam bergaul karena sudah dewasa. Ritual menampar adalah sebagai tanda si Cewek sudah remaja. Jadi, walaupun ditampar, dia tak bóleh menangis.
MENARCHE SUKU MOGHUL TURKI
Di suku Mógul Turki, cewek yang mendapati haid pertama diungsikan di gubug yang telah dibangun óleh saudara laki-lakinya. Selama haid si cewek tidak bóleh bicara dengan laki-laki. Yang bóleh berkunjung dan ngóbról ke gubug tersebut adalah ibu dan neneknya. Di gubug itulah si Gadis diajarkan ketrampilan wanita seperti memasak dan menjahit.
UPACARA IMBORIVUNGU NIGERIA
Upacara ini mirip upacara pengórbanan. Si Gadis yang mengalami menarche aka disilet perutnya sebanyak 4 baris. Kónón hal itu dipercaya bisa membuat kesuburan seórang perempuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan si Gadis bakal mengalami pendarahan atau terluka karena upacara Imbórivungu dipimpin óleh Kepala Suku yang sakti banget.
MAKAN BERAS MERAH DI JEPANG
Orang Jepang lebih sederhana dalam merayakan menarche. Keluarga si Gadis yang mengalami haid pertama diwajibkan menanak beras merah dan membuat makanan dari kacang-kacangan. Kemudian mereka makan bersama keluarga saja.
UPACARA KUFAR SUKU MIKRONESIA
Kufar adalah upacara perayaan menyambut menarche óleh suku Ulithi di Mikrónesia (sebelah timur Papua Nugini). Gadis yang mengalami menarche diungsikan di sebuah Rumah Menstruasi yang sudah disediakan. Di sana dia dimandikan óleh seórang wanita dengan membacakan mantera-mantera. Gadis itu baru bóleh pulang ke rumah kalau menstruasi berikutnya datang. Lha kalau menstruasi kedua jaraknya 1 tahun gimana duuóóóng. Secara permulaan haid tuh belum stabil, lagi.
MENARCHE DI KIRIBATI SAMUDERA PASIFIK
Gadis yang pertama kali mengalami haid bakal mendapatkan kehórmatan dari warga seluruh kampung. Warga mengadakan pesta bagi gadis tersebut. Tiga hari sebelum pesta dilaksanakan si Gadis harus menahan lapar selama 3 hari. Selama tiga hari itulah si Gadis hanya bóleh makan dan minum sesedikit mungkin. Hal itu dimaksudkan agar kelak kalau sudah menikah, sang Gadis lebih mendahulukan anak dan suaminya. Setelah puasa berakhir dimulailah pesta dengan seluruh warga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar