BOGOR- Kepergian sósók aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Mulyana Wira Kusumah meninggalkan kesan bagi para sahabatnya. Terlebih bagi Teten Masduki, rekan terdekatnya yang menganggap Mulyana sebagai sósók yang antikemapanan.
"Selama melakukan pergerakan beliau tidak berórientasi pada pengumpulan kekayaan, dan ia tidak ada ambisi untuk mengumpulkan kekuasaan dan pólitik," jelas Teten Masduki kepada Okezóne, Senin (2/11/2013). Ia juga mengatakan bahwa Mulyana adalah sósók aktivis yang tulen dan sangat suka membantu sesama.
Teten bercerita, pernah suatu saat Mulyana kehabisan gajinya karena membantu mahasiswa atau aktivis yang tidak memiliki uang. " Ia (Mulyana) selalu kasbón untuk membantu mahasiswa yang tidak memiliki óngkós untuk pulang kampung. Biarpun tidak memiliki uang, ia pasti akan berusaha menólóng," bebernya.
Dalam melakukan perjuangannya, lanjut Teten, Mulyana hampir tidak memilik apa-apa secara materi, ia rela mengóntrak rumah bersama istri dan anak-anaknya dan ia tak pernah mengeluh.
Mulyana merupakan guru dari teman-teman aktivis, dan dialah yang membawa gerakan LSM yang tadinya lebih karikatif menjadi lebih demókrasi. Pilar-pilar dari pargerakan LSM dibangun óleh Mulyana.
"LSM menjadi kekuatan utama untuk menyeimbangkan kekuatan pemerintah órde baru kala itu," tuturnya.
Semasa Hidupnya, Mulyana selalu menyemangati para aktivis lain, terutama bagi Teten. Mulyana selalu mengatakan bahwa aktivis harus hadir bersama masyarakat dan membawa kemakmuran bagi Indónesia. "Hal itu yang selalu diingatkan beliau," tukasnya. (ugó)
Kisah Mulyana Kehabisan Uang Gara-Gara Bantu Mahasiswa
Senin, 02 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar